Toyota Prius Hybrid: Karya besar teknologi mobil

toyota-prius-hybridDari luar, tampilan mobil ini biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Pun saat duduk di kabin, tidak ada yang luar biasa. Hanya saja, pada dasbor memang terlihat sangat simple tetapi elegan. Tidak banyak tombol di situ karena hampir semua fitur dikendalikan dari layar monitor dan lingkar kemudi.

Layar sentuh (touch screen) ini juga dapat menampilkan level konsumsi bahan bakar secara aktual sehingga dapat membantu ‘memandu’ pengemudi tentang bagaimana mengendalikan mobil yang efisien.

Lantas apa yang membuat mobil ini menjadi semahal Camry dan Fortuner, padahal model hatchback ini cuma punya kapasitas mesin 1.500 cc. Bahkan, tipe mesinnya pun sama dengan sedan Vios.

Ya, inilah Prius Hybrid. Mobil buatan Toyota Motor Corporation, Jepang ini memang beda. Dia bekerja dengan mengombinasikan kerja mesin motor bensin dan motor listrik yang dapat beroperasi bersama-sama atau bergantian yang diatur komputer secara smooth dan smart sesuai dengan kondisi jalan dan cara pengendalian.

Sistem hibrida terkini yang dikembangkan Toyota, termasuk yang dipasang pada Prius sekarang, adalah sebuah mesin yang dinamai Hybrid Synergy Drive (HSD) yang dirilis pada 2003 sebagai penyempurnaan teknologi sebelumnya.

Dengan teknologi hibrida, Prius hanya mempekerjakan motor listrik saat awal menghidupkan mobil. Mesin tidak beroperasi sama sekali, sehingga tidak menghasilkan emisi CO2. Begitu pun ketika mobil melaju pelan di jalan datar di kepadatan lalu lintas.

Saat mobil melaju kencang dan butuh akselerasi ekstra, termasuk di tanjakan, mesin, dan motor listrik sama-sama bekerja untuk menghasilkan tenaga lebih besar. Uniknya, ketika mesin bekerja, energi yang dihasilkan tidak hanya dipakai untuk memutar roda. Sebagian dialirkan melalui motor listrik untuk disimpan dalam baterai.

dashboard-priusEnergi kinetik dari putaran roda juga diubah menjadi energi listrik dan dialirkan ke baterai. Karena itu, pada saat deselerasi dan melaju di jalan menurun, tidak ada energi yang terpakai. Sebaliknya terjadi pengisian baterai sehingga energi yang sempat terkuras kembali terisi.

Prius yang tercatat sebagai mobil hibrida pertama di dunia yang diproduksi massal, secara akumulatif-sejak debut pertamanya di Jepang pada 1997 hingga akhir tahun lalu—-membukukan angka penjualan lebih dari 1,26 juta unit. Seiring dengan permintaan yang terus naik, mobil peraih North America Car of The Year 2004 dan European Car of The Year 2005 itu mulai diproduksi di luar Jepang, yakni di China, sejak 2005.

Tren dunia

Tren pasar dunia yang menuntut lebih banyak pilihan model hibrida membuat Toyota tidak lagi melenggang sendiri. Hampir semua pabrikan mengembangkan teknologi serupa. Daihatsu, misalnya, mengembangkan model HVS Hybrid. Roadster bermesin 1.500 cc ini bisa menempuh jarak 35 km dengan hanya menenggak bahan bakar 1 liter. Begitu pun Honda, memasang teknologi hibrida pada model Accord. Varian terbarunya adalah Accord Hybrid LX V6.

Di kelas premium, Audi, divisi merek mewah Volkswagen ini, punya Q7 Hybrid berteknologi fuel stratified injection (FSI) V-8. Mobil kapasitas mesin 4.200 cc ini hanya butuh bensin 8,3 liter untuk menempuh jarak 100 km.

Toyota mengklaim generasi kedua teknologi hibrida yang dikembangkannya yakni Toyota Hybrid System II (THS II), mampu meningkatkan tenaga motor listrik hingga 1,5 kali lipat sehingga pemakaian bensin bisa dikurangi. Teknologi ini mampu mengurangi emisi CO2 hingga 50% karena bensin yang dihemat bisa sampai separuh dari mesin konvensional.

Namun, dalam praktiknya ternyata tidak mudah mengendarai Prius dengan konsumsi bensin seefisien itu. Cara mengemudi menjadi faktor terbesar yang membuat mobil ini terasa tidak jauh beda dengan Honda Jazz atau Yaris, misalnya, dalam hal efisiensi.

Saat saya menjajal Prius ke Tangkuban Perahu, Jawa Barat, pekan lalu, dalam kalkulasi kasar berdasarkan data rata-rata konsumsi BBM yang tertera di layar monitor, tingkat efisiensinya ternyata hanya lebih irit 20%-30% ketimbang Yaris yang pernah dites dengan rute yang sama. Sulit mencapai efisiensi sampai 50%.

Toyota tampaknya juga masih perlu menyempurnakan teknologi Prius, terutama dalam hal pengisian baterai. Sebab, pada saat melaju pelan dengan level cadangan listrik menipis, perpindahan dari motor listrik dan mesin bensin tidak berjalan smooth. Ada sedikit getaran yang timbul.

red-priusSepertinya, komputer yang mengatur switching ‘bingung’ memilih opsi mengoperasikan mesin ataukah motor listrik. Ketika mobil berjalan sangat pelan di tengah kemacetan lalu lintas, misalnya, komputer memiliki opsi perintah prioritas untuk mengoperasikan motor listrik. Karena stok listrik di baterai menipis, dia memerlukan tambahan energi. Sayangnya, pada saat yang sama putaran roda dan akselerasi mesin hanya mampu memberikan tambahan energi yang sangat kecil.

Akibatnya, perpindahan operasional mesin ke motor listrik yang berlangsung berulang-ulang dengan frekuensi cepat dan dalam tempo yang sangat singkat membuat switching tidak berjalan mulus.

Terlepas dari problem ini, Prius merupakan sebuah masterpiece (karya besar) teknologi otomotif dan awal dari lahirnya eco car.

Apalagi fakta membuktikan Prius kini tercatat sebagai kendaraan hibrida paling laris dan terpopuler di dunia. Beberapa bintang Hollywood seperti Cameron Diaz dan Tom Hanks pun memiliki Prius di garasinya. (chamdan@bisnis.co.id)

Chamdan Purwoko

Sumber: Bisnis Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *