New Peugeot 308: Terkaman singa Eropa

peugeot-308Medio Januari lalu saya mendapat kesempatan menjajal mobil sedan hatchback New Peugeot 308, kendaraan terbaru penerus generasi sebelumnya Peugeot 307.

Meski telah diluncurkan secara resmi sejak Maret tahun lalu, kendaraan yang diageni PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation (AI-PSO) ini ternyata masih membuat penasaran konsumen di Tanah Air.

Penyebabnya adalah karena harganya yang jauh melebihi para pesaing di kelasnya. Dengan dibanderol Rp362 juta per unit (on the road Jakarta), New Peugeot 308 harus bersaing dengan BMW Seri 1, Mazda 3, Ford Focus, dan Nissan Latio yang harganya di bawah Rp300 juta.

Namun setelah saya merasakan sendiri mobil yang telah sukses di pasar Eropa itu, saya berkesimpulan harga Rp362 juta itu sebagai harga yang wajar. Seperangkat fitur canggih melekat di mobil berlambang singa jingkrak ini.

Dengan dimensi panjang 4.276 mm, lebar 1.815 mm, tinggi 1.498 mm dan wheelbase 2.608 mm, kabin 308 terasa lebih lapang, nyaman, dan stabil saat dikendarai. Tampilan eksterior begitu ekspresif dan sporti. Alur desain juga memancarkan nilai aerodinamis lewat struktur bodi samping dan belakang.

Tak ketinggalan penggunaan velg alloy 16, flag type wing mirror serta lampu belakang yang futuristik dan modern. Singkatnya, tampilan luar New Peugeot 308 identik dengan mobil masa depan.

Untuk kabin, kesan elegan dan mewah pada interior langsung terlihat saat mencermati detail interior. Peugeot tampaknya memfokuskan pada nilai ergonomika dan kemudahan pengoperasian fitur, di samping kelegaan ruang kaki dan kepala untuk kelima penumpangnya.

New Peugeot 308 dilengkapi AC dual/mono zone, electric door mirror, rain sensor, follow me home, sistem audio RD4 single CD – MP3, external audio input yang tersemat di glove box, find me feature, one touch turn signal, audio stalk control, rear armrest seat with ski flap dan front lumbar adjustment.

Sesuai dengan standar kendaraan Eropa, 308 dilengkapi dengan fitur keselamatan pasif dan aktif yang lengkap dan dibuktikan dengan diraihnya rating lima bintang (tertinggi) dari Euro NCAP.

Pada sistem keselamatan aktif, sistem pengereman di keempat roda menggunakan rem cakram yang dilengkapi sistem sirkuit diagonal serta sistem ABS EBD dan BA. Adapun untuk keamanan pasif terdapat sabuk pengaman tiga titik dan occupant detection pad di semua jok, seatbelt warning light tepat di bawah lampu baca depan.

Juga ada empat airbags (dual adaptive front airbags, dua side airbags), empat wheel disc brakes yang dilengkapi dengan sistem ABS BOSCH 8.1, reinforced safety cage serta pedestrian impact yang mampu meminimalisir risiko cedera bagi pejalan kaki.

Lalu bagaimana dengan kinerja mesin dan transmisi 308? Saya mencoba jalur tol Simatupang-tol dalam kota Tj.Priok-Grogol-Semanggi. Saya mencoba menginjak pedal gas sedalam-dalamnya. Namun berhubung volume lalu-lintas agak padat, saya hanya mampu memacu kendaraan hingga 130 km per jam.

Mesin cukup oke, apalagi transmisinya yang menggunakan transmisi tiptronik/transmisi ganda (otomatik dan manual) membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Untuk memindahkan transmisi dari otomatik ke manual sangat mudah, yakni tinggal menggeser tuas dari posisi D ke kiri, lalu kita tinggal menggeser tuas ke atas dan bawah untuk menaikkan dan menurunkan gigi. Transmisi manual di Peugeot 308 memiliki empat tingkat kecepatan.

Selain difungsikan saat jalanan menanjak, transmisi manual ini juga bisa berfungsi sebagai engine brake. Saat bermanuver untuk menyalip kendaraan di depan, 308 terasa sangat responsif. Akselerasinya oke.

Menghentak

Namun, perpindahan gigi terasa agak menghentak. Selain itu, terasa ada jeda berupa hilangnya tenaga beberapa detik saat perpindahan gigi, ditandai dengan turunnya RPM secara drastis dari angka 3.000-an ke 1.000-an sebelum akhirnya lompat lagi ke 3.000.

Posisi bonet (‘hidung’ mobil) yang terlalu landai juga saya milai sebagai salah satu titik kelemahan 308. Karena begitu landainya bonet, pengemudi tidak bisa melihat ujung ‘hidung’ mobil tersebut. Saya telah coba meninggikan jok sampai kepala saya nyaris menyentuh plafon mobil, tetapi ujung ‘hidung’ masih tak tampak juga. Akibatnya, saya terpaksa menjaga jarak lebih lebar supaya tidak nyenggol kendaraan di depan, terutama saat kondisi macet. (afriyanto@bisnis.co.id)

Afriyanto

Sumber: Bisnis Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *