Chevrolet Captiva AWD: Jangan anggap remeh

Chevrolet Captiva AWD

Jatuh cinta pada pandangan pertama? Ada sebagian orang yang menganggapnya klise. Namun, setelah mengenalnya lebih dekat, Chevrolet Captiva All Wheel Drive (AWD) benar-benar mencuri perhatian.

Kesan pandangan pertama tidak terlalu mengejutkan karena bodi bongsornya khas sport utility vehicle (SUV) besar. Namun, proporsi tinggi, lebar serta detail desain pada bodi menggoda untuk menakar aura kejantanannya.

Sesaat di dalam kabin, lapang dan nyaman muncul dari balutan kulit pada interior. Meski lekat dengan kesan mobil AS, kontur kursi hingga posisi headrest sudah dibuat bersahabat dengan postur kecil orang Asia.

Yang paling menyenangkan adalah utilitarian mobil 7-seater ini yang khas mobil Amerika, seolah mengoptimalkan setiap jengkal pada ruang kabin.

Menjajal sensasi di belakang setir, varian yang diluncurkan PT General Motors AutoWorld Indonesia (GMAI) di segmen diesel ini dilengkapi driver information display (DID).

Layar kecil ini pada panel dashboard ini menunjukkan jarak tempuh, konsumsi bahan bakar, kecepatan rata-rata dan beberapa informasi lain yang mudah diakses bahkan dari setir.

Meski tampak minimalis, mobil ini mengaplikasikan 2 Din DVD yang dilengkapi steering control serta dapat terhubung dengan ponsel melalui perangkat bluetooth dan alat navigasi original Chevrolet.

Kualitas suara yang dihasilkan memang tidak terlalu menakjubkan meski relatif cukup untuk standar audio dengan dukungan delapan unit speaker.

Untuk menjamin kualitas udara di dalam kabin, Captiva mengaplikasikan fitur canggih anti pollution sensor (APS) mampu bekerja secara otomatis menjaga kebersihan udara di dalam kabin. Kesejukan udara Lembang bisa terasa hingga ke dalam kabin.

Mesin sama

Soal performa mesin, Captiva AWD memang tidak terlalu bereksperimen dengan teknologi lain, kecuali mesin diesel berkapasitas 2.000 cc VCDi.

Transmisi otomatis yang sederhana menyenangkan pengemudi karena tidak terlalu direpotkan dengan perpindahan transmisi, termasuk pada fasilitas triptronic.

Sayangnya, nyaris semua kendaraan bertek­nologi serupa sangat peka terhadap kualitas bahan bakar minyak (BBM). Kinerja mesin bisa tidak maksimal dengan bahan bakar solar kualitas rendah, seperti biosolar yang umum beredar di pasaran.

Akibatnya, akselerasi menjadi tidak responsif dan suara mesin yang kasar bisa terdengar hingga ke ruang kabin.

Padahal ketika membakar BBM kualitas tinggi, seperti solar Dex, mesin tidak mengecewakan. Kabin tetap hening meski melaju pada kecepatan di atas 100 km per jam.

Untuk menjamin keamanan berkendara, Captiva AWD memasang electronic stability program (EPS) untuk mengontrol traksi tetap optimal. Perangkat ini didukung teknologi active on demand yang menjadi kebanggaan Captiva.

Sayangnya, semua fitur itu masih menyisakan buritan yang terasa terbuang ketika diajak berma­nuver pada kecepatan tinggi. Bodi yang besar mung­kin tidak cukup terkompensasi suspensi meski traksi ban tetap terasa mencengkeram dengan baik.

Jika masih terasa kurang fitur hill descent control dan winter mode masih bisa diatur manual meng­optimalkan keamanan berkendara dan men­cegah mobil selip pada turunan atau jalanan licin.

Tidak alasan memang untuk tidak jatuh cinta pada mobil seharga sekitar Rp360 juta ini. Jadi, jangan dulu meremehkan pandangan pertama. (aprika.hernanda@bisnis.co.id)

Aprika R. Hernanda

Sumber: Bisnis Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *